Pengertian Akulturasi Kebudayaan
Istilah akulturasi atau acculturation, ataupun culture contact
adalah proses dimana suatu kelompok masyarakat dengan suatu
kebudayaannya dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa, sehingga (dalam waktu yang cukup lama)
lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Tujuan utama akulturasi, seperti yang dikemukakan bersama-sama oleh
Herkovits, Linton, dan Redfield, yang penulis kutip dari Muhammad Fauzy,
adalah fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok-kelompok individu
yang memiliki budaya yang berbeda terlibat dalam kontak yang berlangsung
secara tangan pertama (langsung), disertai perubahan terus-menerus,
sejalan pola-pola budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok
itu dibawah definisi itu, akulturasi dibedakan dari perubahan budaya
yang hanya merupakan salah satu aspeknya, dan asimilasi dan yang pada
saat tertentu merupakan suatu fase awal akulturasi.
Akulturasi juga dibedakan dari difusi yang pada saat sama berlangsung
dalam semua contoh akulturasi, tidak hanya sebagai suatu fenomena yang
kadang mengambil tempat tanpa tipe kontak antara orang yang dikhususkan
dalam definisi diatas, tetapi juga membangun hanya satu aspek proses
akulturasi.
Proses akulturasi sudah muncul sejak dulu kala dalam sejarah kehidupan
manusia di bumi ini. Penelitian-penelitian seputar masalah akulturasi
muncul dalam ranah ilmu antropologi lebih dari satu abad yang lalu.
Sebelumnya, banyak sarjana antropologi seringkali tertarik akan
kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa Kegiatan penelitian yang
memperhatikan masalah akulturasi di mulai sekitar tahun 1910. Dan
mengalami perkembangan yang pesat pada penghujung tahun 1920. Bersifat
deskriptif, yaitu melukiskan satu peristiwa akulturasi yang kongkrit
pada satu atau beberapa suku bangsa tertentu yang sedang mendapat
pengaruh unsur-unsur kebudayaan Eropa-Amerika.
Lima macam golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu :
- Metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi pada suatu masyarakat.
- Unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima, dan yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
- Unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah dan unsur-unsur apa yang sukar diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
- Individu-individu yang suka dan cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan sebaliknya.
- Ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
Jika antropologi interpretatif merupakan cara untuk melihat sistem makna
dan nilai yang dipakai masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Maka
cukup beralasan bila Geertz (1960) berargumen, antropologi interpretatif
ketika menelaah kebudayaan manapun akan selalu tertarik kepada masalah
agama. Lewat simbol, ide dan adat-istiadat pengaruh agama berada pada
setiap celah dan sudut kehidupan masyarakat.
Penjejeran dua kebudayaan yang berbeda sehingga melahirkan kebudayaan
baru tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan melalui agama adalah hal
yang lumrah terjadi di Indonesia. Ini dikarenakan, agama sebagai salah
satu sistem kebudayaan. Melalui agama-lah kebudayaan Cina dan Jawa
bertemu yang masyhur disebut oleh para sejarawan dengan Sino Javanese
Muslim Culture.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.